Rabu, 06 Januari 2016

Sekilas tentang POWER NOW

Dosen
Prof. Dr. Marsigit, M. A
Hari dan tanggal      : Rabu,  11 November 2015
Tempat                     : Ruang PPG 1
Waktu                       : Pukul 12.40-15.20 WIB
Perkuliahan filsafat pendidikan matematika kali ini tidak diawali dengan tes jawab singkat namun dibersamai oleh 4 orang mahasiswa S3 yang sedang melakukan observasi pembelajaran. Prof. Marsigit memberikan materi mengenai Peradaban Dunia. Berikut pemaparan beliau mengenai apa yang telah berkembang dalam peradaban sekarang ini:

Filsafat bersumber yang ada didunia ini dan alam semesta. Dengan akal pikiran kita mampu menjelajahi dunia se-antero jagad. Kita ketahui bahwa objek kajian filsafat yaitu seluruh dan semua yang ADA dan MUNGKIN ADA. Manusia memiliki keterbatasan dan tidak mampu menyebutkan sifat dari apa yang ada dan mungkin ada tersebut.  Semua sifat itu semilyar pangkat semilyar belum selesai disebutkan. Oleh karena itu manusia melakukan reduksi. Maka dapat dikatakan bahwa sebenar-benar manusia adalah reduksionis. Dalam hal ini, reduksi adalah memilih sifat yang memang bisa diketahui. Sifat tersebut dipilih sesuai dengan tujuan dan jalan ke depan. Membangun pikiran kita itu berarti membangun dunia kita sendiri.
Dalam keseharian kita selalu melakukan aktivitas tentunya dibarengi dengan bersosialisasi dan berinteraksi. Tentunya dalam berinteraksi dapat berjalan statis ataupun dinamis. Seperti suasana kelas ini yang dinamis (ujar Pak Marsigit). Kitapun bersorak dan memang benar bahwa P Mat 12 termasuk kelas yang unik, aktif dan menyenangkan. Kita mampu memberikan contoh hal yang statis yaitu seperti  lahir, mati, dewasa, tua, merupakan ketentuan ALLAH. Sedangkan yang bersifat dinamis yaitu diriku, yang belum selesai aku definisikan diriku yang tadi dan sekarang telah berubah menjadi diriku yang baru.
Kita erat dengan kehidupan nyata dan real adanya. Seorang tokoh yaitu bernama Aristoteles yang membawa aliran filsafat realism atau Aristotelesisme. Kebenarannya dalam pikiran agar ia bisa menjadi ilmu adalah konsisten/koheren. Filsafatnya adalah koherentisme. Kekonsistenan atau koherennya itu berlaku karena terdapat hokum identitas, yaitu I = I. Pikiran itu terkait dengan ruang dan waktu.
Immanuel Kant. Beliau memadukan antara dua argumen yaitu dari   hasil analisis  R. Descartes dan D. Hume. R, Descartes berargumen bahwa tiadalah ilmu jika berdasarkan rasio (rasionalisme) sedangkan oleh D. Hume ditentang bahwa tiadalah ilmu jika tidak berdasarkan pengalaman (filsafat empirisism) yang kemudian Immanuel Kant masukan ke dalam sebuah  buku CPR (Critique of Pure Reason) pada tahun 1671. Immanuel Kant telah menulis buku CPR (Critique of Pure Reason) sebenarnya beliau telah menganalisis dari pertentangan dua dunia antara R. Descartes dan D. Hume maka dari itu terciptanya pembelajaran saintifik. Pembelajaran ini sangat baik digunakan karena mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam melakukan kegiatan. Misalnya dalam menemukan konsep yang sebelumnya harus mencoba kegiatan hingga akhirnya diperoleh rumus itu. Dari uraian tersebut, maka diambil yang bawah sintetiknya dan yang atas yaitu a priorinya. Maka inilah sebenar-benar ilmu menurut Immanuel Kant, yaitu yang bersifat sintetik a priori. A PRIORI dipikirkan dan SINTETIK dicoba. Maka lahirlah metode Saintifik. Maka berfilsafat adalah pikirkan pengalamanmu dan terapkan pikiranmu.
Suatu ketika munculah permasalahan filsafat, yaitu jika sesuatu didalam pikiran untuk menjelaskan kepada orang lain dan jika diluar bagaimana cara untuk umemahaminya. Seorang manusia mampu membuktikannya yaitu bernama Socrates. Beliau mencoba memahami semua yang ada dan mungkin ada tak satupun yang ia ketahui. Maka Socrates mengatakan sebenar-benar diriku adalah tidak mengetahui apapun hampa dan kosong. Pada akhirnya sekitar tahun 1800an seorang  tokoh yaitu Augguste Compte muncul dan mengenalkan istilah BENDUNGAN COMPTE yang mengatakan bahwa untuk membangun dunia, tidaklah perlu filsafat dan agama namun menggunakan metode positif atau saintifik. Hal yang demikian disebut dengan fenomena Compte. Menurutnya, dilihat dari makro dan mikro, untuk membangun dunia ia lebih memilih dunianya daripada akhiratnya. Contoh konkritnya adalah seseorang yang memiliki handphone baru, kemudian ia lalai dalam sholatnya, maka dikatakan bahwa ia telah terkena fenomena Compte.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar