Rabu, 06 Januari 2016

FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN

Dosen
Prof. Dr. Marsigit, M. A
Hari dan tanggal      : Kamis,  31 Desember 2015
Tempat                     : Ruang D07.209
Waktu                       : Pukul 09.00-11.15 WIB
Perkuliahan ini adalah bentuk dari tambahan pertemuan karena pertemuan sebelumnya yang kadang kosong. Pada pertemuan yang terakhir ini kami teman sekelas sepakat untuk mengenakan dresscode orange dan hijau yang identik dengan blog Bapak Marsigit J kuliah ini diawali dengan menuliskan pertanyaan di selembar kertas yang nantinya akan dibacakan oleh beliau dan dapat menjadi bahan perbincangan kita semua. Pertanyaan saya waktu itu yaitu “Bagaimanakah menjadi guru yag sutainable?”, meskipun belum sempat dijawab namun tak apa. Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan dari beberapa teman seperti:

Septi bertanya, “Bagaimana cara mengkomunikasikan materi yang bersifat abstrak kepada siswa?”
Prof. Marsigit menjawab:
Adapun metode atau cara mengajarkan sesuai dengan ruang dan waktu. Hal yang dimaksudkan yaitu matematika untuk siswa usia dini, SD, SMP, SD, SMA atau perguruan tinggi jelaslah berbeda karena daya nalar dan loginya bervariasi. Semakin tinggi jenjang semakin abstrak suatu ilmu matematika itu. Selain itu, dalam pembelajaran perlu memperhatikan Learning Trajectory (LT). Metode mengkomunikasikann materi yang bersifat abstrak kepada siswa caranya dengan memancing dengan stimulus dan  memberdayakan siswa. sehingga dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi, inisiasi, dsb
Hernestri  bertanya “Apakah mencari identitas juga termasuk berfilsafat?”
Prof. Marsigit menjawab:
Orang yang mencari identitas belum tentu dikatakan berfilsafat. Karena berfilsafat itu adalah kegiatan berpikir yang terjadi secara sadar dalam diri seseorang. Sedangkan orang yang mencari identitas itu bisa terjadi secara sadar maupun tidak. Bisa saja, sekarang ini kita secara tidak sadar sedang mencari identitas. Maka ketika mencari identitas tersebut, sebagian orang tidak bisa mengungkapkan terkait identittas dirinya sendiri.
Tyas bertanya “Metode pembelajaran yang seperti apa yang tidak mengandung perbudakan kepada siswa?”
Prof. Marsigit menjawab:
Metode pembelajaran yang tidak mengandung perbudakan yaitu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk beraktivitas. Selain itu guru mampu memfasilitasi kebutuhan siswa sehingga termotivasi untuk belajar. Memang pada era ini, metode yang sesuai yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Siswa akan terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan mengekslopr apa yang dimilikinya tanpa kekangan.
Diyah bertanya “Apa yang dimaksud PARALOGOS dan ANTINOMY?”
Prof. Marsigit menjawab:
Istilah antinomy pertama diperkenalkan oleh tokoh Immanuel Kant yang artinya suatu kesalahan para dewa. Sedangakan para daksa tidak mengetahui kesalahan tersebut. Hal ini dimisalkan guru di kelas yang melakukan kesalahan atau keliru  dalam mengajarkan siswa konsep materi matematika, dan siswa tidak mengetahui kesalahan tersebut lagipula siswa yang masih kecil itu masih awam.
Deary bertanya “Apakah filsafat juga merupakan ilmu agama?
Prof. Marsigit menjawab:
Dalam beragama identik dengan mengatasi, membimbing, serta mengarahkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia dan akhirat. Sedangkan ilmu filsafat merupakan pemikiran manusia yang tertata dengan sintaks benar. Manusia itu memiliki pegetahuan yang terbatas dan begitu juga dengan filsafat yang mungkin tidak bisa mencapai hal yang berbau agama. Segala yang ada di dunia ini itu bersifat relatif, dan yang absolute merupakan segala hal yag berkaitan dengan urusan agama atau urusan kepada postulat ALLAH. Di agama islam, dalam urusan pernikahan memang haruslah seiman, maksudnya antara suami dengan istri beragama islam semua. Karena dengan begitu akan terasa harmonis dan sesuai tuntunan. Hal ini tidak akan membuat kecanggungan antara keduanya yang palah terjadi akan menjadi semakin rekat. Berbeda dengan mereka yang cinta menikah tetapi beda. Ini akan menjadi rumit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar